Selasa, 15 September 2009

Kesedihan hati Kala Ramadhan Pergi


Pernah terlintas kesedihan, di tengah malam di serambi masjid itu. Ketika kulihat berpuluh insan menyenandungkan ayat-ayat indah nan suci. Entah sudah khatam berapa kali mereka, dan kalau pun belum, terlihat halamannya dah di ujung. Sementara aku, tercengang saat tersadar bahwa waktu telah disia-siakan tanpa jemu. Kulihat mushaf di tangan, baru pertengahan juz yang telah kulahap. Bagaimana bisa Ramadhan kali ini kucampakkan,hanya karena urusan dunia yang tak ada habisnya,terlena dengan dalih sibuk mengurus rumah tangga,ya,...anak,suami,atau entah apalah?...mungkin hanya membenarkan semua sikapku itu.

Kuhitung kembali amal diri, yang ada adalah penyesalan tak terperi. Lagi-lagi, tak kudapatkan Ramadhan kali ini. Lalu, kapankah kusempurna mendapatkannya, Ramadhan tahun depan? Hanya doa yang terpanjat semoga kelak kukembali dipertemukan. Sebuah harapan dari wanita rapuh yang terulang.

Teman-teman, berbanggalah kalian yang telah mendapatkan berjuta keceriaan di bulan Ramadhan yang menawan. Kesyahduan akan cinta yang tumbuh begitu cepatnya jangan sampai surut saat Ramadhan pergi. Karena buah kemenangan harus tetap cemerlang kegemilangannya. Lalu, sapalah aku dengan seteguk kesegaran nasihat dan motivasi. Agar aku bisa seperti kalian. Yang menangis saat gema takbir berkumandang di malam hari kemenangan, sebagai bentuk ekspresi kerinduan karena telah tiba perpisahan. Yang tersenyum saat gema takbir menghiasi suasana alam fana dengan syahdunya, membawa kita pada kebersihan jiwa yang diimpikan, semoga.

Teman-teman, masih ada waktu, meski tinggal beberapa hari. Biarkan hati kita menikmatinya,sebatas kemampuan yang kita punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar