Jumat, 15 Januari 2010

GERHANA MATAHARI


catatan facebook: Panji Istiqomah_14 Januari jam 2:59

“Apakah kamu tidak memperhatikan penciptaan Tuhanmu bagaimana Dia memanjangkan dan (memendekkan bayang-bayang) dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia jadikan tetap bayang-bayang itu. Kemudian Kami jadikan matahari sebagai penunjuk atas bayang-bayang itu. Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.” (QS. Al-Furqaan 45-46)

Dalam rentang waktu dua tahun berturut-turut, yakni 2009-2010, kita akan menyaksikan salah satu dari kekuasaan ALLAH di alam semesta ini yaitu Gerhana Matahari. Walaupun tidak semua bagian di wilayah Indonesia dapat melihat fenomena ini. Karena, gerhana yang terjadi sekarang ini adalah Gerhana Matahari Cincin (GMC) dan hanya melewati bagian barat dan/atau utara Indonesia.

Pada tahun 2009 tercatat ada dua gerhana yang telah melewati Indonesia, yaitu pada tanggal 26 Januari dan 22 Juli , sementara itu pada tahun 2010 ini gerhana matahari kembali datang pada tanggal 15 Januari. Yang InsyaALLAH akan terjadi pada puncak gerhana di antara jam 15.19 - 15.23 WIB, bergantung pada lokasinya. Pada saat puncak, matahari akan nampak benjol (robek) sedikit di bagian kanan bawah (sisi utara).

Yang perlu diperhatikan adalah jenis gerhana ini merupakan gerhana matahari anular (bukan total) artinya ukuran bulan tidak cukup besar untuk menutupi seluruh priringan matahari berbeda dengan gerhana matahari total dimana bulan menutupi seluruh piringan matahari. Jadi, untuk melihatnya, perlu digunakan lensa pelindung mata, serta bagi fotografer, ingat untuk melindungi lensa kameranya sebelum mengabadikan fenomena langka ini.

Bagaimana Islam menghadapi fenomena semacam ini? Tentu saja, Nabi kita telah menuntun ummatnya dalam menyikapi kebesaran ALLAH ini dengan beberapa tuntunan, agar ummatnya semakin dekat dan memiliki kesadaran akan kebesaran ALLAH SWT.
Sebagian masyarakat seringkali mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membantah keyakinan tadi. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan ALLAH. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada ALLAH.. bertakbirlah.. kerjakanlah shalat dan bersedekahlah..” (HR. Bukhari)

Memang pada saat terjadinya gerhana matahari, bertepatan dengan meninggalnya anak Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang bernama Ibrahim. Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, beliau berkata, ”Di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim. Untuk mengklarifikasi hal tersebut Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah..’” (HR. Bukhari)

Ibrahim adalah anak dari budak Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang bernama Mariyah Al Qibthiyyah Al Mishriyyah. Ibrahim hidup selama 18 bulan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki anak kecuali dari Khadijah dan budak ini. Tatkala Ibrahim meninggal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetaskan air mata dan begitu sedih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan ketika kematian anaknya ini, ”Air mata ini mengalir dan hati ini bersedih. Kami tidak mengatakan kecuali yang diridhoi ALLAH. Sungguh (wahai Ibrahim) karena kepergianmu ini, kami bersedih.” (HR. Bukhari)

Kejadian gerhana, baik bulan maupun matahari, memang merupakan kejadian yang langka. Bisa jadi dalam rentang waktu bertahun-tahun, tapi mungkin juga dalam satu tahun yang sama, seperti yang terjadi pada tahun 2009.

Islam sebagai ajaran yang lengkap tak luput juga menuntun kita untuk menyikapi kejadian itu dengan tuntuan syariat yang akan lebih meningkatkan ketauhidan dan aqidah islamiyah.
Pakar bahasa Arab, memberi istilah berbeda pada gerhana matahari dan bulan. Gerhana matahari mereka namakan dengan kusuf adalah artinya terhalangnya cahaya matahari atau berkurangnya cahaya matahari disebabkan bulan yang terletak di antara matahari dan bumi. Sedangkan khusuf sebutan untuk gerhana bulan.

Namun, ada pula yang berpendapat bahwa jika kusuf dan khusuf tidak disebut berbarengan, maka itu bermakna satu yaitu gerhana matahari atau gerhana bulan. Namun kalau kusuf dan khusuf disebut berbarengan, maka kusuf bermakna gerhana matahari, sedangkan khusuf bermakna gerhana bulan.

Dalam beberapa hadits, kadang menggunakan kata khusuf, namun yang dimaksudkan adalah gerhana matahari atau gerhana bulan karena khusuf pada saat itu disebutkan tidak berbarengan dengan kusuf.

Fenomena kejadian gerhana merupakan bukti kebesaran ALLAH yang ditunjukkan kepada makhluk-Nya untuk dijadikan bahan tafakkur. Gerhana sering juga disebut sebagai gejala alam yang bisa diprediksi kapan kejadiannya. Namun, semua itu adalah kehendak ALLAH. Bagi Dia bisa saja andaikata tidak mengembalikan posisi bulan dan matahari sebagaimana sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu akan datang bencana yang hebat di muka bumi ini, karena selamanya matahari, yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk di bumi ini, akan terhalang oleh bulan dan kita akan mengalami seperti malam yang sangat panjang. Inilah mungkin yang disebut KIAMAT. Na’udzubillah.

Oleh karena itu, sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut dan khawatir namun tetap berpengharapan kepada ALLAH. Jangan mengikuti kebiasaan orang-orang yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.

Mari kita renungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini :

Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan ALLAH yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi ALLAH menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada ALLAH.” (HR. Muslim)

Wallahu a’lam, wal ‘ilmu ‘indallah..

(berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar