Jumat, 22 Januari 2010

Cara Memahami Islam Dengan Benar

Oleh: Pengasuh Buletin an-Nur Yayasan al-Sofwa

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menjadikan kita sebagai manusia yang terlahir dan besar dalam keadaan Islam. Ini merupakan nikmat terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan hanya pada orang-orang yang Dia kehendaki. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah : 3)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (Islam) adalah nikmat terbesar Allah Subhanahu wa Ta’ala atas umat ini, yang mana Allah telah menyempurnakan agama ini bagi mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan kepada agama selain Islam dan kepada Nabi selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, Allah telah menjadikan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para Nabi dan mengutus Beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi penghalalan kecuali apa-apa yang telah Beliau halalkan dan tidak ada lagi pengharaman kecuali atas apa-apa yang telah Beliau haramkan dan tidak ada yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang telah Beliau syari’atkan. Semua yang Beliau sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan di dalamnya sedikit pun.

Dengan ayat ini pula Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan iman orang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan ataupun pengurangan terhadap syari’at agama ini selamanya. Kalau hal ini benar-benar dipegang oleh seorang Muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid’ah (sesuatu yang diada-adakan yang tidak ada asalnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah) dan perpecahan dalam agama ini yang mengakibatkan kita memahami Islam tidak seperti yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagaimana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar? Jawabannya adalah jika manhaj (metode) yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal yang akan diterangkan berikut ini:

1. Kitabullah/al-Qur’anul-Karim
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):“Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. al-An’am : 155)

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):

“Sesungguhnya aku tinggalkan bagimu dua perkara, salah satunya ialah Kitabullah (al-Qur’an) yang merupakan tali Allah. Barangsiapa mengikutinya maka ia berada di atas hidayah dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia dalam kesesatan.” (HR. Muslim)
2. as-Sunnah yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memahami dan mengamalkan kandungan al-Qur’an kita memerlukan as-Sunnah yang berisi penjelasan terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat global. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):“Dan Kami telah menurunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Qur’an), agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkannya.” (QS. an-Nahl : 44)

Pada hakikatnya segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasulullah juga merupakan wahyu dari Allah sehingga wajib bagi kita untuk mentaati segala perintah beliau dan menjauhi segala larangannya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):

Mentaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman-Nya menyebutkan (yang artinya):

“Barangsiapa yang mentaati Rasul maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak akan mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. an-Nisa’ : 80)

Firman-Nya yang lain (yang artinya):

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr : 7)
3. Atsar (Jejak) Para Sahabat
Para sahabat adalah orang-orang yang mendapat didikan langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka yang lebih tahu tentang sebab-sebab turunnya ayat, kepada siapa ayat itu ditujukan dan bagaimana tafsiran dari ayat tersebut. Tidak heran bila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menobatkan mereka sebagai generasi terbaik sebagaimana sabda beliau:“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabatku)…” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memberikan keridhaan-Nya kepada mereka, sebagaimana firman-Nya (yang artinya):

“Orang-orang yang dahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha pada mereka dan mereka pun ridha pada Allah, dan Allah janjikan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah: 100)

Jika Subhanahu wa Ta’ala Allah sudah ridha pada mereka, pasti mereka adalah orang-orang yang benar dan selamat. Maka jika kita ingin selamat, kita juga harus mengikuti mereka dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam hal akidah, akhlak, ibadah maupun muamalah. Sebagaimana keselamatan ini juga dijamin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya (yang artinya):

“Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di Neraka kecuali satu. Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?’ Jawab beliau: ‘Siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini.’” (Jami’ul-Ushul fi Ahadits ar-Rasul. Diriwayatkan Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan lainnya, al-Hafizh menggolongkannya hadits hasan)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan (yang artinya):

“Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur-Rasyidin setelahku. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi-gigi gerahammu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
4. Atsar (Jejak) Para Tabi’in dan Tabi’ut-Tabi’in
Tabi’in adalah murid para Sahabat, sedangkan tabiu’t-tabi’in adalah murid para tabi’in. Mereka ini bersama Sahabat dikatakan sebagai tiga generasi terbaik. Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabatku), kemudian yang datang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang datang setelah mereka (tabi’ut-tabi’in).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari apa yang telah diuraikan secara ringkas tadi, akhirnya kita mendapat jawaban sekaligus solusi dari pertanyaan: “Kenapa dalam Islam terdapat banyak golongan atau paham yang masing-masing mereka mengaku berpedoman pada al-Qur’an dan as-Sunnah?”

Jawabannya adalah: “Karena masing-masing golongan memahami al-Qur’an dan as-Sunnah dengan hawa nafsu atau logika atau perasaannya sendiri-sendiri. Dan solusi dari semua ini adalah mengembalikan lagi pemahaman Islam kita pada apa-apa yang pernah dipahami oleh Salafush-Shalih, yaitu tiga generasi pertama dari umat ini sebagaimana yang tersebut pada hadits di atas (yaitu Sahabat, Tabi’in dan Tabiut-Tabi’in).”

Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk selalu berjalan diatas jalan mereka. Amin.

(Soraya).
http://ahlussunnah.info/2009/12/26/artikel-ke-26-cara-memahami-islam-dengan-benar/

Benarkah Khilafah Islamiyah cuma 30 Tahun?...Atau sampai 1924?...

KHILAFAH atau penguasa umat Islam itu sudah selesai sejak masa terakhir khulafaurasyidin selama 30 tahun saja. Setelahnya hanyalah sultan, malik atau raja. Anehnya, Hizbuttahrir Indonesia (HTI) berteriak “histeris” agar mengganti UUD 45 dan Pancasila dengan konsep Islam. Bagaimana Al Qur’an dan Rasulullah saw menginformasikan tentang khilafah ini?

Khilafah dalam Al Qur’an
Saya bertanya kepada seorang kyai dari Buntet Pesantren ketika ditanyakan mengenai persoalan khilafah, beliau menyarankan agar membuka tafsir ayat 55 surat An Nur. Selengkapnya ayat itu berbunyi sebagai berikut:
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (النور 55) Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An Nur: 55)
Dalam tafsir Al Ahkam, Imam Al Qurthubi, menulis bahwa ayat ini merupakan janji Allah subhanahu wata’ala kepada Rasul saw bahwasanya Allah swt akan mengutus pemimpin (khalifah) untuk manusia di bumi sebagaimana ayat 30 Al Baqarah. Tujuannya, tulis tafsir ini, untuk memberesi urusan pemerintahan dan agar manusia patuh terhadap peribadatan. Juga agar manusia aman dari rasa takut serta menghukum mereka yang bersalah.
Selanjutnya, sejarah menulis setelah Rasulullah saw wafat, khalifah mulai ada. Berturut-turut dipegang oleh Abu Bakar as Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin ‘Affan ra dan Ali bin Abi Thalib kw. Dari keempat khalifah ini maka Islam kemudian berkembang pesat
Namun sebelum Rasulullah saw wafat, Nabi telah berpesan seperti yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra: Nabi s.a.w bersabda: “Segala urusan pengikut Bani Israel akan diatur oleh para Nabi. Apabila seseorang Nabi itu meninggal dunia, dia akan digantikan oleh seorang Nabi yang lain. Tetapi sesungguhnya tidak akan ada Nabi selepasku. Pada suatu ketika nanti akan muncul Khalifah. Para Sahabat bertanya: Apakah yang anda perintahkan kepada kami? Nabi s.a.w menjawab: Patuhilah perlantikan khalifah yang pertama, kemudian yang seterusnya. Penuhilah hak-hak mereka, sesungguhnya Allah akan menanyakan tentang apa yang telah dipertanggungjawabkan kepada mereka”. (Al Bayan 1092)
Dari ayat ayat dan hadits shoheh ini menunjukkan akan pentingnya khalifah. Karena khalifah merupakan pemimpin umat Islam. Namun pengertian khilafah sebagaimana ayat dan hadits di atas menunjuk pada kepemimpinan (khalifah) setelah Kanjeng Nabi Muhammad saw. Khalifah di sini menunjuk kepada khulafaurrasyidin.
Masa Khalifah hanya 30 Tahun
Bagaimana kemudian sepeninggal Rasulullah saw apakah masih ada khalifah yang akan meneruskan kepemimpinan umat Islam? Kita bisa menyimak bebeberapa tulisan hadits yang diambil dari kitab-kitab shoheh di bawah tulisan ini sebagai dasar bagaimana kedudukan khalifah dalam Islam itu ternyata hanya berumur 30 tahun saja.
Dari hadits-hadtis tersebut, singkatnya bahwa “Al khilafatu mim ba’dii tsalatsuna sanatan” khalifah sepeninggalku hanya tiga puluh tahun. Salah satu contoh hadits itu misalnya dari Kitab Sunan Ahmad hadits no. 4029 :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ. [ سنن أبي داود 4029]
Rasulullah saw bersabda: “Khilafah kenabian itu (bertahan) selama 30 tahun kemudian Allah mendatangkan raja-raja kepada yang dikehendaki. (HR. Ahmad) dan masih banyak hadits-hadits sejenis di kitab-kitab lainnya. (Sunan Abi Dawud Hadtis no. 4029) Buat yang suka mempermasalahkan kata-kata Nabi soheh atau tidaknya, sedangkan kalau kata-kata Einstein tak pernah ditanyakan soheh tidaknya, sebaiknya merujuk sendiri ke kitabnya. (eh maaf kok agak sewot sih…. )
Hadits lain misalnya pada Kitab Sunan At Turmudzi hadits no. 2152
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْخِلَافَةُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ
Rasulullah saw bersabda: “Khilafah pada umatku ada tiga puluh tahun setelah itu para raja (sebagai penguasanya). HR. Turmudzi.
Angka 30 tahun itu terbukti dari sejarah Khulafaurrasyidin yang empat itu semuanya pada masa khulafaurrasyidin. Selengkapnya syarah hadits tersebut menerangkan hitungan dan rincian 30 tahun itu dihitung pada masa khulafaurrasyidin.
قوله : ( الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ) وفي رواية أبي داود : ” خلافة النبوة ثلاثون سنة ” . قال العلقمي قال شيخنا يعني الحافظ السيوطي : لم يكن في الثلاثين بعده صلى الله عليه وسلم إلا الخلفاء الأربعة وأيام الحسن , قال العلقمي : بل الثلاثون سنة هي مدة الخلفاء الأربعة كما حررته , فمدة خلافة أبي بكر سنتان وثلاثة أشهر وعشرة أيام , ومدة عمر عشر سنين وستة أشهر وثمانية أيام , ومدة عثمان إحدى عشرة سنة وأحد عشر شهرا وتسعة أيام , ومدة خلافة علي أربع سنين وتسعة أشهر وسبعة أيام Arti bebasnya : “Maksud ungkapan Nabi saw: “Khilafah umatku (masanya) 30 tahun”. Dan tulisan yang diriwayatkan oleh Abi Dawud: “Khilafah kenabian itu ada 30 tahun”. Menurut Al Ulqami, yang bersumber dari gurunya yaitu al Khafidz As Sayuti: bahwa tidak mungkin dalam angka 30 tahun khilafah setelah Nabi Saw wafat itu selain dari Khulafaurrasyidin. Tetapi 30 tahun itu sebetulnya adalah jumlah masa Khulafaurrasyidin yang empat: Kekuasaan Khalifah Abu Bakar Shiddiq ra [ 2 th + 3 bln+ 10 hr]; Khalifah Umar bin Khattab ra [10 tahun + 6 bulan + 8 hari]; Khalifah Utsman bin ‘Affan ra [ 11 th + 11 bl + 9 hr] Khalifah terakhir, Ali bin Abi Thalib ra [ 4 th + 9 bl + 7 hr) Jika dijumlah angka itu sama dengan ungkapan Nabi saw.
Romantisme Sejarah
Dari dalil naqli di atas sepertinya jelas sekali bahwa khilafah itu sudah dihapuskan setelah masa Khulafaurrasyidin. Setelah itu adalah raja. Cirinya, keturunan ke bawahlah yang berkuasa. Pantas semua kalangan ulama, negara di Arab Saudi dan Negara-negara Arab lainnya menurut KH. Hasyim Muzadi, tidak ada yang mengakui kekhalifahan umat Islam. Jadi, jika Al Qur’an dan Hadits saja sudah mewacanakan kekhalifahan selama 30 tahun, terus bagaimana “teriakan histeris” dari Hizbut Tahrir Indonesia akan mengganti UUD 45 dan Pancasila dengan syariat Islam melalui upaya Khilafah? Bukankah itu hanya romantisme sejarah? Kalau saja masih terus “ngotot” untuk terus “memaksa diri” mengegolkan cita-cita mendirikan syariat di Indonesia, maka bisa diikuti pendapat Prof. Dr. Azzumardi Azra agar HTI ikut bertarung dengan dalam kancah partai politik.
Hal mana HTI bisa belajar dari perjalanan sebuah partai Islam (P**) pada awal berdirinya. Dulu partai ini ramai-ramai mengangkat isu Palestina sehingga hampir seluruh Indonesia terkesima akan kehebatan partai ini yang menyuarakan simpati kepada dunia Islam di luar dunia Islam Indonesia. Nah apakah HTI akan terus berusaha mengegolkan khilafah di Indonesia dengan mendirikan syariat Islam di bumi yang pluralis ini? Wallahu a’lam.
1. Apakah Khilafah Islamiyyah Hanya Berumur 30 Tahun dan Selebihnya Kerajaan?
Kata khilafah yang tercantum dalam hadits tersebut maknanya adalah khilafah nubuwwah, bukan khilafah secara mutlak.
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bariy berkata, “Yang dimaksud dengan khilafah pada hadits ini adalah khilafah al-Nubuwwah (khilafah yang berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip nubuwwah), sedangkan Mu’awiyyah dan khalifah-khalifah setelahnya menjalankan pemerintahan layaknya raja-raja. Akan tetapi mereka tetap dinamakan sebagai khalifah.” Pengertian semacam ini diperkuat oleh sebuah riwayat yang dituturkan oleh Imam Abu Dawud,”Khilafah Nubuwwah itu berumur 30 tahun”[HR. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud no.4646, 4647]
Yang dimaksud khilafah Nubuwwah di sini adalah empat khulafaur Rasyidin; Abu Bakar, ‘Umar , ‘Utsman, dan Ali Bin Thalib. Mereka adalah para khalifah yang menjalankan roda pemerintahan seperti Rasulullah saw. Mereka tidak hanya berkedudukan sebagai penguasa, akan tetapi secara langsung benar-benar seperti Rasulullah saw dalam mengatur urusan pemerintahan. Sedangkan kebanyakan khalifah-khalifah dari dinasti Umayyah, ‘Abbasiyyah dan ‘Utsmaniyyah banyak yang tidak menjalankan roda pemerintahan seperti halnya Rasulullah saw, namun demikian mereka tetap disebut sebagai amirul mukminin atau khalifah.
Ada diantara mereka yang dikategorikan sebagai khulafaur rasyidin, yakni Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang dibaiat pada bulan Shafar tahun 99 H. Diantara mereka yang menjalankan roda pemerintahan hampir-hampir dekat dengan apa yang dilakukan oleh Nabi saw, misalnya Al-Dzahir bi Amrillah yang dibaiat pada tahun 622 H. Ibnu Atsir menuturkan, “Ketika Al-Dzahir diangkat menjadi khalifah, keadilan dan kebaikan telah tampak di mana-mana seperti pada masa khalifah dua Umar (Umar bin Khaththab dan Ibnu Umar). Seandainya dikatakan, “Dirinya tidak ubahnya dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz, maka ini adalah perkataan yang baik.”
Para khalifah pada masa-masa berikutnya meskipun tak ubahnya seorang raja, akan tetapi mereka tetap menjalankan roda pemerintahan berdasarkan sistem pemerintahan Islam, yakni khilafah Islamiyyah. Mereka tidak pernah menggunakan sistem kerajaan, kesultanan maupun sistem lainnyan. Walaupun kaum muslim berada pada masa-masa kemunduran dan keterpurukan, namun mereka tetap menjalankan roda pemerintahan dalam koridor sistem kekhilafahan bukan dengan sistem pemerintahan yang lain. Walhasil, tidak benar jika dinyatakan bahwa umur khilafah Islamiyyah itu hanya 30 tahun. Yang benar adalah, sistem kekhilafahan tetap ditegakkan oleh penguasa-penguasa Islam hingga tahun 1924 M.
Kata “al-muluuk”(raja-raja) dalam hadits di atas bermakna adalah,” Sebagian tingkah laku dari para khalifah itu tidak ubahnya dengan raja-raja”. Hadits di atas sama sekali tidak memberikan arti bahwa mereka adalah raja secara mutlak, akan tetapi hanya menunjukkan bahwa para khalifah itu dalam hal-hal tertentu bertingkah laku seperti seorang raja. Fakta sejarah telah menunjukkan pengertian semacam ini. Sebab, para khalifah dinasti ‘Abbasiyyah, Umayyah, dan ‘Utsmaniyyah tidak pernah berusaha menghancurkan sistem kekhilafahan, atau menggantinya dengan sistem kerajaan. Mereka tetap berpegang teguh dengan sistem kekhilafahan, meskipun sebagian perilaku mereka seperti seorang raja.
Meskipun kebanyakan khalifah pada masa dinasti ‘Abbasiyyah, Umayyah, dan ‘Utsmaniyyah ditunjuk selagi khalifah sebelumnya masih hidup dan memerintah, akan tetapi proses pengangkatan sang khalifah tetap dilakukan dengan cara baiat oleh seluruh kaum muslim; bukan dengan putra mahkota (wilayat al-’ahdi).
Makna yang ditunjuk oleh frasa “dan setelah itu adalah raja-raja” adalah makna bahasa, bukan makna istilah. Dengan kata lain, arti dari frasa tersebut adalah “raja dan sultan” bukan sistem kerajaan dan kesultanan. Atas dasar itu, dalam hadits-hadits yang lain dinyatakan bahwa mereka adalah seorang penguasa (khalifah) yang memerintah kaum muslim dengan sistem khilafah. Dituturkan oleh Ibnu Hibban, “Rasulullah saw bersabda,”Setelah aku akan ada para khalifah yang berbuat sebagaimana yang mereka ketahui dan mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepada mereka. Setelah mereka berlalu, akan ada para khalifah yang berbuat tidak atas dasar apa yang diketahuinya dan mengerjakan sesuatu tidak atas apa yang diperintahkan kepada mereka. Siapa saja yang ingkar maka ia terbebas dari dosa, dan barangsiapa berlepas diri maka ia akan selamat. Akan tetapi, siapa saja yang ridlo dan mengikuti mereka maka ia berdosa.”
Penjelasan di atas sudah cukup untuk menggugurkan pendapat yang menyatakan bahwa sistem khilafah Islamiyyah hanya berumur 30 tahun dan selebihnya adalah kerajaan. Hadits-hadits yang mereka ketengahkan sama sekali tidak menunjukkan makna tersebut. Sistem khilafah Islamiyyah tetap berlangsung dan terus dipertahankan di sepanjang sejarah Islam, hingga tahun 1924 M. Meskipun sebagian besar khalifah dinasti ‘Abbasiyyah, Umayyah, dan ‘Utsmaniyyah bertingkah laku tak ubahnya seorang raja, namun mereka tetap konsisten dengan sistem pemerintahan yang telah digariskan oleh Rasulullah saw, yakni khilafah Islamiyyah.
Tugas kita sekarang adalah berjuang untuk menegakkan kembali khilafah Islamiyyah sesuai dengan manhaj Rasulullah saw. Sebab, tertegaknya khilafah merupakan prasyarat bagi tersempurnanya agama Islam. Tidak ada Islam tanpa syariah, dan tidak ada syariah tanpa khilafah Islamiyyah.
yasin nur falah Berkata: 8 September, 2007 pada 1:49 pm
Islam memang pernah jaya dan pernah mengalami zaman keemasan. itu dulu. tetapi bukan berarti saat ini negara ini diajak menggunakan sistem khilafah, kenapa? karena konteksnya sangat tidak nyambung. Indonesia ya Indonesia, Arab ya Arab di mana kedua negara ini memilki perbedaan dalam segala hal. jangankan perbedaan antar negara dalam mengaplikasikan syari’at agama, wong satu negara saja yang podo-podo Islame ada banyak perbedaannya. Tapi menurut saya itu tidak menjadi soal karena perbedaan adalah sebuah rahmat, kalau kita mau berlapang dada melihat perbedaan itu termasuk dengan tidak setujunya memakai istilah khilafah di negara ini. artinya selagi orang islam itu beriman kepada Allah dan rasulnya serta percaya akan adanya hari pembalasan, maka itu sudah merupakan bagian dari aktualisasi niali-nilai Islam. apa pun bajunya dan bagaimana pun caranya. Ber Islam enjoy aja lagi.
2. Kepada ikhwan yasin nur falah, coba marilah berfikir secara jernih, bukankah ajaran Rasulullah dalam Al Qur’an dan Sunnah2nya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman, bukan manusia zaman Rasul saja. Kalau dulu Islam diterapkan dan mampu membawa kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia dan seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin) mengapa sekarang harus ragu dengan alasan konteknya tidak nyambung.
Waktu zaman Rasulpun orang yang meragukan kemampuan Islam juga tidak sedikit, bahkan berbagai macam tuduhan dilontarkan kepada Rasul, bahkan sampai Rasul dituduh gila. Tetapi kalau sekarang setelah kita menyatakan beriman, tetapi ragu terhadap islam bahwa dalam islam ada solusi, ini sungguh aneh.
Indonesia dan arab memang berbeda, apalagi terhadap seluruh belahan dunia, sangat-sangat berbeda dan beragam, akan tetapi semua bumi dan seisinya ini ciptaan Allah, Allah Maha Tahu atas segala makhukNya, karenanya Allah Maha Tahu atas hukum dan aturan yang harus diterapkan untuknya. Syariat Islam (hukum-hukum Allah) jelas telah mengakomodir selururh perbedaan tersebut.
Apakah kita menganggap bahwa syariat islam ini hanya diperuntukkan bagi bangsa arab, hanya karena turunnya syariat tersebut di arab dan melalui orang arab (Rasulullah). Lantas mengapa kalau demikian kita juga harus shalat dengan cara shalatnya orang-orang arab. Apakah ini bukan merupakan ketidakkonsistenan.
Beriman kepada Allah dan RasulNya tidak cukup hanya dalam ucapan, tapi harus diimplementasikan dalam perbuatan terhadap apa saja yang diwajibkan oleh Allah dan RasulNya.
1. Kepada Ikhwan Roin Siroj 12, kewajiban-kewajiban islam itu tidak hanya 5 rukun islam, kalau setiap kewajiban harus dimasukkan dalam rukun islam, maka jumlah rukun islam akan menjadi tidak jelas.
Sebetulnya yang perlu dilakukan oleh seorang muslim, cukup melihat dalil-dalil yang mendasarinya, apakah dalilnya kuat atau tidak (ini kalau kita mampu atau memiliki cukup ilmu untuk menilai dalil), tapi kalau tidak mampu cukup mengikuti bagaimana ulama menghukumi tentang masalah tersebut dalam hal ini masalah “khalifah dan khilafah”, banyak kok ulama yang telah membahasnya.
Dan saya yakin kalau di pesantren masalah ini bukan hal baru, ada kitab2nya kok yang membahas masalah tersebut, hanya saja mungkin tidak diajarkan lagi, karena dianggap tidak aplikatip, padahal sangat diperlukan untuk bisa mendapatkan pemahaman islam dengan lebih baik.
Saya pernah berkunjung ke salah satu pesantren, ketika kami berdiskusi mereka merasa bahwa apa yang mereka pelajari di pesantren kadang sulit mengaitkannya dengan fakta, dan mereka baru bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas, saat mengkaji ahkam sulthaniyyah.
Contoh, tentang hadist-hadist baiat, ayat-ayat taat kepada pemimpin, dan banyak lagi hadist dan ayat terkait dengan pemimpin, maka pemimpin seperti apa, baiat kepada siapa, dst.
1. eh, saya membaca artikel anda dengan perasaan yang gimana gitu? begini ya mas, jika anda seorang muslim sejati…kenapa anda tidak mendukung syariat islam itu di berlakukan di negara tercinta ini? apakah anda tidak bosan…jika idul fitri kita ribut? idul adha ribut? tahlilan ribut? capek aku…
dalam islam, sepengetahuan saya…ada tiga terminologi yang harus dipahami tentang subyek syariat islam itu sendiri:1. syariat yang dibebakan di individu hukumnya…….wajib bo’ tuladha: sholat, zakat lan konco-koncone2. syariat yang dibebankan kepada kelompok… kalo ini fardhu kifayah.3. syariat yang dibebankan pada negara…,tulodho: hukum2 peradilan, khudud, jinayat, mawaris, bahkan hukum2 fiqih yang menyangkut kehidupan sehari2.pertanyaannya adalah, negara yang seperti apa yang dibebani syariat (N0.3)SETELAH SAYA MELAKSANAKAN KAJIAN TERHADAP sistem negara ternyata, yang cocok dengan syariat islam…hanya bentuk negara khilafah…atau imamah…sampeyan pasti tahu…bahwa asshobiyah itu diharamkan dalam islam, jadi the fact is khilafah pernah memimpin dunia selama 13 abad tentu maksud saya disini tidak sesempurna khilafaurroshidin. tetapi, meskipun demikian para kholifah tetap bersiteguh dan mengigit syariat islam dengan gigih di geraham mereka. bisakah anda membuka sejarah tentang masa-masa kegemilangan islam di daulah umayyah dan abbasiyah…bisakah difikirkan, apa yang terjadi sekarang? islam dipijikkan dihina dilecehkan dihina…etc… didentikkan dengan TERORIS bo’…kebodohan apalagi? padahal kan islam yang membebaskan kita dari zaman jahiliyah!!! lantas jika bersatu bisa membuat kita menjadi kuat dan kokoh, why not? saya pernah membaca di situs CNA bahwa barat(amerika lan dulur2e) sangat khawatir dengan kembalinya the great khilafet…saya yakin Islam,,, AKAN BERJAYA KEMBALI DAN BERSATU, itu janji Allah seperti yang anda tulis kan?jadi apa salahnya kita BERONTAK…KITA TERIAK…ALLAHu AKBAR!!!! balas ya…

http://endyen.blogspot.com/

Kamis, 21 Januari 2010

petikan hadits

1. Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Akan masuk surga tujuh puluh ribu orang di antara umatku tanpa hisab, mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, tidak menganggap sial, dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (HR. Bukhari dalam Kitab Ar-Riqaq [60107]).

2.Rasulullah SAW ditanya, "Siapa manusia yang paling utama?" Rasulullah menjawab, "Mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya." Orang-orang bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasulullah menjawab, "mukmin yang terasingkan karena bertaqwa kepada Allah dan menghindari orang banyak agar ia tidak terlanda kejeleka...n." (HR. Bukhari)

3.Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia mengatakan; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada pamannya ketika menjelang ajal:
“Katakanlah laa ilaaha illallah, yang aku akan bersaksi dengannya untuk membelamu kelak di hari kiamat.” Namun pamannya enggan, kemudian Allah menurunkan ayat (yang artinya),
“Sesungguhnya Engkau tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. al-Qashash : 56).” (HR. Muslim [25])

4. Sesungguhnya agama itu mudah. Siapa yang mempersulit dirinya dalam beragama maka dia tidak akan bisa melaksanakannya. Karena itu amalkanlah agama sesuai tuntunannya, berusahalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bergembiralah dengan pahala yang akan kau terima, kerjakanlah shalat pada pagi hari, siang dan penghujung malam. (HR. Bukhari)

5.Agama ini adalah "manhaj haraki" yang tak dapat dipahami kecuali oleh orang yang berharakah dengannya (Sayyid Quthb)

Selasa, 19 Januari 2010

status himah,do'a dan tips di fesbuk ku


السلام عليكم ورحمةالله وبرك

1.Bersyukurlah,Bangkitlah segera!…agar kita selalu merasa memiliki jiwa sebagai hamba-NYA.

2.assalammu’alaikum yaa akhi,yaa ukhti./salam super,sahabat indonesia. /selamat pagi pejuang asa./salam rindu untukmu saudaraku,temanku yg jarang bersua./LUV U “,

3.SUBHANALLOH,…binatang melata yg menetek,pemuda yg taat ibadah&bayi yg menyusui…klo bukan krn 3 hal ini,tentulah bumi ini dihancurkan,…Allohhualam.

4.yang terbaik bagi anda adalah dengan tidak menJANJIkan sesuatu,tapi lebih baik lagi jika anda tidak mengingkari JANJI.

5.CINTA bukan kata benda,bukan kata sifat,CINTA adalah kata kerja,yg harus diupayakan,diperjuangkan,dipertahankan kelangsungannya…berjuanglah untk kehadirannya.

6.di balik ksulitan ada kmudahan…ujian seorang hamba brdasarkan kadar kmampuan…bila kita berfikir bisa maka smuanya mudah…bruntung anda PRIBADI YG TANGGUH!.

7.Tuhan tahu apa yang terbaik buat kita, maka jalani waktumu dengan penuh syukur, karena sebaik – baik do’a adalah ucapan Alhamdulilillah…

8.…lintasan pikiran,sekecil apapun tapi sering…sebenarnya sadar atau tdk kita tlah menentukan diri ini utk brtindak,berbuat dan bersikap???…

9.hati2,mie instant tdk boleh dimasak brsamaan dgn bumbunya,krn MSG BILA DIMASAK DI ATAS 120C akan brpotensi mnjadi KARSINOGEN pencetus kanker,prhatikan prosedur!

10."Trkadang apa2 yg mnurut kita baik,blum tntu mnurut-NYA baik,& apa2 yg mnurut kita tdk baik,blum tentu mnurut-NYA tdk baik.”Blajr mncintai tpi tdk smpai trlalu.”

11.RANGKAIAN ujian:…bertambah ILMU,bertambah MEREMEHKAN orang lain#bertambah AMALnya,bertambah BANGGA diri#bertambah UMUR,bertambah TAMAK#bertambah KUASA,SOMBONG

12.kesempatan itu selalu ada,tapi… karena ketidak tahuan tentang bagaimana memperbaiki hubungan sebagai makhluk dgn SANG KHOLIK?…

13.YAA RABB,sesungguhnya aku menempatkan sgala kbutuhanku kepada-MU.segala amal prbuatanku lemah,usahaku amat sedikit,apa pikiranku trbatas untuk mraihnya kebaikan

14.invasi pemikiran yg mempertontonkan masing2 kekuasaan,terlalu naif berlindung atas nama ‘hukum’,'moralitas’,atau apalah namanya?… (killers)

15.Tampaknya udara yg kita hirup saat ini penuh dgn virus ganas yg mematikan generasi,teracuni invasi pemikiran setiap hari,setiap saat kita harus menghirupnya???.

16.Saya memaknai mimpi,cita-cita,keinginan,adalah sama halnya dengan kehidupan itu sendiri,karena mimpi adalah daya hidup yang membuat kita berjuang untuk mewujudkan apa yang kita inginkan,menurut saya,islam adalah ajaran yang menuntun dan mengarahkan kita mengejar mimpi terbesar kita yaitu surga.

17.sahabatku yg sedang sakit,semoga Alloh melimpahkan pahala karena kesabaranmu,dan menyembuhkan mu,karena do’a-mu…..@>>—

18.…”jika,Moralitas terkalahkan?…”

19.Bergegaslah,persiapkan semua….waktu kita tinggal sebentar saja???…

20.Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari. Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa…

21.harta yang paling menguntungkan ialah SABAR.teman yang paling akrab adalah AMAL,pengawal pribadi yang paling waspada adalah DIAM.(Lulus Januar_12/01/10/15:48)

22.Perlu hati-hati dengan pepatah 'kesempatan tidak datang dua kali'karena ada celah bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kesempatan itu.(Ambagyo Isnomo_12/01/10/06:21)

23.Jeritan tidak selalu di ikuti dengan teriakan...tangisan terkadang tidak tidak perlu dengan tetesan air mata.(Ambagyo Isnomo_12/01/10/10:18)

24. Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (An Nahl :112).(Najib Yusuf)

25.Aku... hanyalah seorang anak manusia.. yang tersedak hening di tengah hempasan dimensi kehidupan >>> Aku... hanyalah sebingkai raga berbentuk.. yang terarak sendu di antara hujatan angin masa >>> Aku... hanyalah sebilah sukma kelabu.. yang menyayat halus tirai harmoni di dalam kebisuan bumi >>> Aku... hanyalah sepengga...l kata yang rapuh.. yang coba tuk merangkai letih di atas bait-bait rindu melodi jiwa >>> Aku... hanyalah seonggok hampa yang mencoba tuk lukiskan angan di bawah derai naungan perasaan >>> Aku... hanyalah aku.. yang slalu mencipta secercah gambaran hakikat diriku >>> Ya, itulah aku... yang selalu terpaung riuh, mendulang arakan rinai beribu pertanyaan >>> Apakah tujuan dan arti hidupku yang sesungguhnya? >>> Diriku terus bertanya-tanya kepada hati kecilku... >>> Hingga akhirnya kini telah kutemukan satu tujuan pasti.. yang kan
menyapu bersih segenap rona perjalanan hidupku dan takkan pernah lekang
oleh waktu sekalipun... >>> Ya.... menggapai cinta sejatiku... * Abu Mujahid * http://www.1001puisicinta.co.cc.(Ripa Koswara)

26.Ya Allah! Engkau lindungilah aku, bekalkanlah daku dgn limpahan iman. Agar tabahku menghadapi dugaan, agar tidak ku berhenti dipertengahan.....(Lukman Khoiri)

27."Islam lahir bukan hanya roh, juga bukan hanya jasad yang kaku, tetapi ia lahir bersifat insaniah yang terdiri dari roh dan jasad sehingga ia cocok dan sesuai dgn fitrah manusia." -Sheikh Muhammad Abduh.(Lukman Khairi)

28.Jangan mengkritik orang bodoh ia akan marah padamu, tapi kritiklah orang bijak ia akan mencintaimu. (Imam ali as), siapakah yg bodoh? Pastilah mereka2 yg slalu menganggap dirix tlah mapan dgn ilmux,,siapakah yg bijak ?sesungguhx aku belum mampu menjawab hal tersebut...adakah yg bs menjawabx?.(Dodi Mitsal Sujatmiko)

29.mari kita tanam halia,ambil sedikit buat juadah,usia muda jangan di sia-sia,nanti sesal tak sudah.(Tifatul Sembiring_09/01/10/06:05)

30.Ambillah waktu untuk berfikir,itu adalah sumber kekuatan.ambillah waktu untuk bermain itu adalah rahasia masa muda.(Lulus Januar_07/01/10/20:40)

Jumat, 15 Januari 2010

GERHANA MATAHARI


catatan facebook: Panji Istiqomah_14 Januari jam 2:59

“Apakah kamu tidak memperhatikan penciptaan Tuhanmu bagaimana Dia memanjangkan dan (memendekkan bayang-bayang) dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia jadikan tetap bayang-bayang itu. Kemudian Kami jadikan matahari sebagai penunjuk atas bayang-bayang itu. Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.” (QS. Al-Furqaan 45-46)

Dalam rentang waktu dua tahun berturut-turut, yakni 2009-2010, kita akan menyaksikan salah satu dari kekuasaan ALLAH di alam semesta ini yaitu Gerhana Matahari. Walaupun tidak semua bagian di wilayah Indonesia dapat melihat fenomena ini. Karena, gerhana yang terjadi sekarang ini adalah Gerhana Matahari Cincin (GMC) dan hanya melewati bagian barat dan/atau utara Indonesia.

Pada tahun 2009 tercatat ada dua gerhana yang telah melewati Indonesia, yaitu pada tanggal 26 Januari dan 22 Juli , sementara itu pada tahun 2010 ini gerhana matahari kembali datang pada tanggal 15 Januari. Yang InsyaALLAH akan terjadi pada puncak gerhana di antara jam 15.19 - 15.23 WIB, bergantung pada lokasinya. Pada saat puncak, matahari akan nampak benjol (robek) sedikit di bagian kanan bawah (sisi utara).

Yang perlu diperhatikan adalah jenis gerhana ini merupakan gerhana matahari anular (bukan total) artinya ukuran bulan tidak cukup besar untuk menutupi seluruh priringan matahari berbeda dengan gerhana matahari total dimana bulan menutupi seluruh piringan matahari. Jadi, untuk melihatnya, perlu digunakan lensa pelindung mata, serta bagi fotografer, ingat untuk melindungi lensa kameranya sebelum mengabadikan fenomena langka ini.

Bagaimana Islam menghadapi fenomena semacam ini? Tentu saja, Nabi kita telah menuntun ummatnya dalam menyikapi kebesaran ALLAH ini dengan beberapa tuntunan, agar ummatnya semakin dekat dan memiliki kesadaran akan kebesaran ALLAH SWT.
Sebagian masyarakat seringkali mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membantah keyakinan tadi. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan ALLAH. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada ALLAH.. bertakbirlah.. kerjakanlah shalat dan bersedekahlah..” (HR. Bukhari)

Memang pada saat terjadinya gerhana matahari, bertepatan dengan meninggalnya anak Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang bernama Ibrahim. Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, beliau berkata, ”Di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim. Untuk mengklarifikasi hal tersebut Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah..’” (HR. Bukhari)

Ibrahim adalah anak dari budak Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang bernama Mariyah Al Qibthiyyah Al Mishriyyah. Ibrahim hidup selama 18 bulan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki anak kecuali dari Khadijah dan budak ini. Tatkala Ibrahim meninggal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetaskan air mata dan begitu sedih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan ketika kematian anaknya ini, ”Air mata ini mengalir dan hati ini bersedih. Kami tidak mengatakan kecuali yang diridhoi ALLAH. Sungguh (wahai Ibrahim) karena kepergianmu ini, kami bersedih.” (HR. Bukhari)

Kejadian gerhana, baik bulan maupun matahari, memang merupakan kejadian yang langka. Bisa jadi dalam rentang waktu bertahun-tahun, tapi mungkin juga dalam satu tahun yang sama, seperti yang terjadi pada tahun 2009.

Islam sebagai ajaran yang lengkap tak luput juga menuntun kita untuk menyikapi kejadian itu dengan tuntuan syariat yang akan lebih meningkatkan ketauhidan dan aqidah islamiyah.
Pakar bahasa Arab, memberi istilah berbeda pada gerhana matahari dan bulan. Gerhana matahari mereka namakan dengan kusuf adalah artinya terhalangnya cahaya matahari atau berkurangnya cahaya matahari disebabkan bulan yang terletak di antara matahari dan bumi. Sedangkan khusuf sebutan untuk gerhana bulan.

Namun, ada pula yang berpendapat bahwa jika kusuf dan khusuf tidak disebut berbarengan, maka itu bermakna satu yaitu gerhana matahari atau gerhana bulan. Namun kalau kusuf dan khusuf disebut berbarengan, maka kusuf bermakna gerhana matahari, sedangkan khusuf bermakna gerhana bulan.

Dalam beberapa hadits, kadang menggunakan kata khusuf, namun yang dimaksudkan adalah gerhana matahari atau gerhana bulan karena khusuf pada saat itu disebutkan tidak berbarengan dengan kusuf.

Fenomena kejadian gerhana merupakan bukti kebesaran ALLAH yang ditunjukkan kepada makhluk-Nya untuk dijadikan bahan tafakkur. Gerhana sering juga disebut sebagai gejala alam yang bisa diprediksi kapan kejadiannya. Namun, semua itu adalah kehendak ALLAH. Bagi Dia bisa saja andaikata tidak mengembalikan posisi bulan dan matahari sebagaimana sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu akan datang bencana yang hebat di muka bumi ini, karena selamanya matahari, yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk di bumi ini, akan terhalang oleh bulan dan kita akan mengalami seperti malam yang sangat panjang. Inilah mungkin yang disebut KIAMAT. Na’udzubillah.

Oleh karena itu, sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut dan khawatir namun tetap berpengharapan kepada ALLAH. Jangan mengikuti kebiasaan orang-orang yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.

Mari kita renungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini :

Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan ALLAH yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi ALLAH menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada ALLAH.” (HR. Muslim)

Wallahu a’lam, wal ‘ilmu ‘indallah..

(berbagai sumber)

SHALAT GERHANA

catatan facebook:Panji Istiqomah_14 Januari jam 3:11

Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum shalat gerhana matahari adalah sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat ditekankan). Namun, menurut Imam Abu Hanifah, shalat gerhana dihukumi wajib. Imam Malik sendiri menyamakan shalat gerhana dengan shalat Jum’at. Kalau kita timbang-timbang, ternyata para ulama yang menilai wajib memiliki dalil yang kuat. Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Mereka berpendapat bahwa menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shodiq Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah. Dalilnya adalah:
“Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)
Terlepas dari beragam pendapat tentang hokum shalat gerhana, namun sebaiknya kita menunaikannya sebagai bentuk ketaatan pada Rasulullah.

Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan ALLAH. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada ALLAH, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut berakhir..” (HR. Bukhari dan Muslim)

Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
“Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari).

Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.

Hal-Hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana:

Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari)

Kedua : keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.

Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ‘Aisyah : bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari). Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/343)

Ibnu Hajar mengatakan, “Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari, 4/10)
Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, “Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits ini, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan, “(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.”
Ketiga : wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria.

Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: ‘Kenapa orang-orang ini?’ Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, ‘Subhanallah (Maha Suci ALLAH).’ Saya bertanya: ‘Tanda (gerhana)?’ Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari)

Keempat : menyeru jama’ah dengan panggilan “ash sholatu jaami’ah” dan tidak ada adzan maupun iqomah.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim).

Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.

Kelima : berkhutbah setelah shalat gerhana.

Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435). Hal ini berdasarkan hadits:

Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak. Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung ALLAH, kemudian bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan ALLAH. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada ALLAH, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Nabi selanjutnya bersabda, “Wahai umat Muhammad, demi ALLAH, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada ALLAH karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi ALLAH, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari)
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ‘ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.

Tata Cara Shalat Gerhana

Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tata caranya. Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang dipilih oleh mayoritas ulama. Sebagaimana HR. Bukhari, no. 1044 diatas.
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
Berniat di dalam hati

Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.”
(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD‘

Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali

Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya

Salam.

Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.

(Berbagai sumber)
sumber:http://www.facebook.com/home.php?#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1261715582853

Kamis, 14 Januari 2010

suara hati

Wahai diriku, kukatakan padamu,

Kau harus fokus dengan tujuan hidupmu, kau harus konsentrasi dengan visi misimu. Jangan bertindak dan berpikir yang tidak mempunyai hubungan dengan proses pencapaian tujuan hidupmu. Kau hanya boleh berfikir dan bertindak pada segala hal yang terkait dengan proses pencapaian tujuanmu.

Wahai diriku,

Jangan kau nodai idealismemu dengan hal-hal yang “murahan”. Jangan biarkan “virus merah jambu” meruntuhkan prinsip yang kau junjung selama ini. Apakah kau tak perhatikan wahai diriku? Kau tak lagi menangis karena cintamu pada Allah, melainkan menangis karena cintamu yang tak kesampaian atau menangis karena jalan Juang ini tak menyandingkanmu pada kekasih pujaan hati yang justru jika itu terjadi akan meruntuhkan semangat jihadmu dan membuatmu terperosok pada kehinaan. Jangan lagi kau kembali pada kejahiliyahan setelah Islam memberi warna pelanginya padamu. Jahiliyah adalah jahiliyah, Islam adalah Islam. Tak ada campur aduk diantara keduanya. Islam menuntut hijrahmu meninggalkan jahiliyah secara total menuju Islam secara total.

Wahai diriku,

Tak ada waktu bagimu untuk santai dan berleha-leha. Cita-cita besar, obsesi-obsesi besar, dan semua tujuanmu dalam hidup ini akan menyedot seluruh waktu, tenaga, dan pikiranmu tanpa pernah menyisakan waktumu untuk beristirahat. Kau adalah prajurit dakwah. Kau adalah pemuda dari ribuan pemuda yang diharapkan umat ini. Hari ini kau lihat pemuda-pemuda yang lain asyik dengan gemerlap hedonisme. Larut bersama derasnya arus liberalisme yang menyesatkan. Jika kau tergoda untuk mengikutinya, maka sesungguhnya kau telah menulis kegagalanmu dalam meraih cita-cita dan obsesi besarmu. Kau akan berada dibelakang bersama orang-orang yang tertinggal. Kau akan tertelan oleh ganasnya kejahiliyahan. Dan kau, jika tetap mengikutinya, namamu takkan pernah tercatat dalam jajaran para mujahid dan para syuhada dihadapan Allah.

Wahai diriku,

Percayalah. Kau dilahirkan sebagai seorang serdadu. Kau tak boleh kalah dengan ambisi pribadimu. Kau tak boleh lemah hanya karena penghinaan musuh-musuhmu. Kau tak boleh mundur meski harus menghadapi banyak kegagalan dalam hidup ini. Percayalah pada kemampuanmu dan obsesi-obsesi besarmu. Percayalah bahwa semua rencanamu akan difasilitasi oleh Allah dengan caranya sendiri untuk menjadi kenyataan dengan mudah. Kau hanya boleh lemah untuk bangun kembali. Kau hanya boleh mundur untuk maju kembali. Kau hanya boleh kalah untuk bangkit kembali. Bangun dan singsingkanlah lengan bajumu. Banyak pekerjaan-pekerjaan besar yang harus segera kau tunaikan. Segeralah! Karena kau adalah Serdadu Islam Rabbani.

sumber:http://www.facebook.com/group.php?gid=187056123441&v=info#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=274580229578

Rabu, 13 Januari 2010

... Maaf Tuhan, Saya Lagi Sibuk ... !

catatan facebook Oleh: Ibnu Wibowo | 13 Desember 2009

Begitulah tulisan menggelitik hati yang terpampang di punggung kaos salah seorang mahasiswa ushuluddin di sebuah perguruan tinggi Islam negeri di Semarang. Tulisan yang simpel, namun memberikan makna yang luar biasa. Begitu berani…. Entah apa maksud si pembuat kaos, apakah untuk menunjukkan jati dirinya bahwa ia punya kesibukan yang tidak bisa diganggu meski Tuhannya memanggilnya menghadap, atau ia memiliki misi mengingatkan orang-orang lain yang kebetulan membacanya bahwa selama ini kita sudah terlalu sering larut dengan kesibukan duniawi, materi hingga lebih memilih mengabaikan Tuhan.

Namun terlepas apapun maksud si pembuat dan pemakai kaos tersebut, kita tidak perlu menghakiminya, justru lebih baik apabila kita mau instrospeksi diri, betulkah selama ini kita sudah meninggalkan Tuhan dalam aktivitas keseharian kita? Apakah kita hanya mengingatNya apabila kita berada di tempat-tempat ibadah, atau pengajian-pengajian saja? Dimanakah Tuhan saat kita sedang bekerja, sedang berolahraga, lebih ekstrim lagi di mana Tuhan manakala kita sedang menjalankan amanatNya menjadi bendahara, menjadi pejabat, menjadi pengambil keputusan, atau menjadi apapun. Apakah Tuhan kita libatkan saat itu?

Mungkin dalam benak pikiran kita, apakah perlu Tuhan kita libatkan dalam hal-hal seperti itu? Kan lebih baik Tuhan ada di momen-momen besar saja, ngurusi alam semesta (he..he… manusia termasuk bagian alam semesta juga lho..!), tidak usah ikut campur urusan manusia. Biar manusia sendiri yang berpikir dan menyelesaikan masalah kemanusiaannya sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Kan manusia sudah diberi akal ….?

Begitu kira-kira jawaban manusia yang terlalu mengagungkan akalnya, eksistensinya di dunia ini, seolah-olah ia mampu menyelesaikan segala persoalannya.

Hasilnya ? Dapat kita lihat, manusia menciptakan perdamaian dengan kekerasan (lihat perang Irak, Afghanistan, Palestina,dll), menciptakan teknologi baru dengan tanpa mengindahkan kerusakan lingkungan. Semua itu didasari dengan niat “luhur” perdamaian, kemajuan dan peradaban manusia. Demikiankah sebuah niat mulia musti diawali dengan proses-proses yang tidak benar? “Benar”, jawaban manusia dengan akalnya. Namun lihat, bukankah hasilnya berkebalikan dari niat awalnya, nyawa manusia tidak dihargai, kerusakan lingkungan yang mengkhawatirkan… Demikiankah sebuah peradaban yang beradab akan dibangun?

“Tidak !!!!”, itulah jawaban manusia yang memiliki akal dan hati, manusia seutuhnya. Manusia yang tidak hanya mengagulkan akalnya saja, namun masih butuh kehadiran Tuhan dalam setiap aktivitas dan keputusan yang diambilnya. Kita butuh Tuhan dalam kita memandang, mendengar, berjalan, bekerja dan berpikir. Sehingga yang kita hasilkan bukan semata-mata produk manusia an sich, namun juga tampak karya Tuhan didalamnya. Manakala kita sebagai guru, kita hadirkan Tuhan dalam mengajar dan mendidik siswa-siswanya, lihat hasilnya. Manakala kita sebagai bupati, gubernur, anggota dewan, menteri, presiden, kita hadirkan Tuhan, lihat hasilnya. CINTA.

Kita hidup, negara hidup, bukan keuntungan ekonomi dan materi semata yang dicari, bukan hanya menciptakan rakyat yang kaya-kaya, namun ketentraman, kedamaian dan cinta. Akan kita rasakan bagaimana seandainya Pemimpin negeri ini memimpin dan menjalankan amanahnya dengan cinta dan Rakyat yang dipimpin juga menjalankan tugasnya dengan cinta.

Dan itu butuh TUHAN…!
Ya Tuhan, saya siap untukMu…

.. AGAR DIA SELALU CINTA ...

Aku bukan perempuan yang cantik jelita seperti ratu balqis, bukan pula wanita kaya raya seperti ummahatul mu’minin Khadijah

“Sayang, I love you!” Hari ini entah sudah untuk yang keberapa kalinya suamiku membisikan kata itu dengan lembut tidak saja langsung bibirnya menempel di telingaku, tetapi juga melalui SMS ketika dia sudah di kantor. Biasanya akupun langsung membalasnya, I love you too, mas. Terima kasih telah menjadi suamiku.”

Aku menyadari, aku memiliki beberapa kelebihan, tetapi sesungguhnya kekuranganku jauh melebih kelebihan yang aku punya. Aku bukan perempuan yang cantik jelita seperti ratu balqis, bukan pula wanita kaya raya seperti ummahatul mu’minin Khadijah. Walaupun tidak buta, tetapi pemahamanku terhadap Islampun masih perlu perbaikan.Tak banyak yang istimewa yang aku punya, makanya aku sangat bersyukur sekali Allah menghadirkan seseorang yang Allah halalkan tidak saja hatinya tetapi juga fisiknya padaku. Walaupun aku hanyalah perempuan biasa, Allah memberiku seorang laki-laki yang sholeh, baik, rendah hati dan amat sangat sayang padaku.

Ibuku pernah berpesan, ada empat perkara yang harus kita perhatikan agar tercipta syurga dunia dalam rumah tangga. Sebagai seorang istri kita memang dituntut untuk memaksimalkan kemampuan agar indah dipandang mata, sejuk dilihat, tenang ditinggal, membangkitkan gairah, dan menumbuhkan ketaatan suami kepada Allah. Disamping menjadi ibu yang baik dalam mendidik anak-anak kita.

Pertama, mampu memberikan kepuasan di tempat tidur. Tempat tidur adalah ruang yang paling privacy antara kita dan suami. Disanalah biasanya suami mengurai keletihan setelah bekerja seharian. Tempat tidur juga merupakan tempat dimana biasanya suami istri menunaikan hajat seksualnya. Untuk itu istri di tuntut untuk menata tempat tidur dengan baik, bersih dan harum. Istri perlu memahami kebutuhan seksual suami, memenuhi ajakan bersetubuh dengan segera, memberikan kepuasan maksimal dalam bersetubuh, jika perlu tidak ada salahnya istri menawarkan diri.

Kedua, menciptakan keindahan di dalam rumah, menatanya dengan penuh artistik, serta menjaga harta yang ada di dalamnya. Rumah yang besar belum tentu menciptakan ketenangan dan kedamaian. Perabotan yang banyak lagi mahal tidak juga bisa membuktikan penghuninya adalah pasangan yang berbahagia. Keindahan di sini adalah keindahan yang terpancar dari tangan lembut dan keikhlasan penatanya, yaitu istri yang sholehah, qonaah, tawadhu, dan rendah hati.

Ketiga, mendidik dan menjaga anak-anak. Anak-anak adalah amanah, anak-anak adalah investasi, anak-anak merupakan hiburan bagi kita. Anak-anak yang bersih, sehat, cerdas adalah dambaan orang tuanya. Menjadikan anak-anak kita sholeh, cerdas, sehat dan bersih membuktikan keberhasilan kita mendidik mereka. Suami akan bekerja lebih giat untuk mencari nafkah jika melihat anak-anak dalam kondisi seperti ini.

Keempat, saling memaafkan. Suami istri berasal dari dua keluarga yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, adat-istiadat yang berbeda, sifat yang berbeda. Keduanya bukanlah makhluk yang sempurna yang tak pernah salah. Keduanya sama-sama memiliki kekurangan. Meminta maaf terlebih dahulu jika memiliki salah dan segera memaafkan suami serta tidak mengungkit-ungkit lagi kesalahan yang pernah ada akan menautkan lagi kemesraan kita berdua.

Seorang suami tidak akan memikirkan perempuan lain jika istri mampu menampilkan semua ini dihadapanya. Memberikan kebahagiaan lahir batin, menciptakan suasana segar, serta istri yang menentramkan jiwa. Tak akan pula ada percekcokan, sakit hati atau penyesalan telah mengikat janji berdua dihadapan Allah aza wajalla. Yang ada adalah ungapan sayang, kata-kata mesra, cinta yang selalu berbunga, mudah-mudahan berkah Allah selalu melingkupinya.

Celupan Warna Illahi

catatan facebook: SERDADU ISLAM RABBANI_02 januari 11:07

“Celupan warna Allah, dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (Al Baqarah 138)

Islam tidak mengahapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan aqidah. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah. Bahkan Rasulullah mengatakan, “Khiyaarukum fil jahiliyah, khiyaarukum fil Islam... Sebaik-baik kamu di masa jahiliyah adalah sebaik-baik kamu di masa Islam.”

Para sahabat adalah figur-figur menarik yang penuh warna. Menggambarkan sosok mereka sebagai manusia biasa, namun ada kemuliaan yang senantiasa terukir dalam kebiasaannya itu.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Tetapi kebesaran itu bermula dari satu prinsip yang dipegang teguh. Satu saja, kecil saja. Tetapi istiqamah. Abu Bakar Ash Shidiq. Benar, membenarkan, dan dibenarkan. Mengapa? Karena teguh untuk yakin pada apa yang berasal dari sisi Allah dan RasulNya. Maka keyakinan itu menjadi sesuatu yang sangat besar, “Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu dancing dan iman Abu Bakar pada dancing yang lain, niscaya iman Abu Bakar lebih berat.” Subhanallah!

Umar Al-Faruq. Ia, sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jujur pada dirinya, jujur pada Allah, jujur pada manusia. Blak-blakkan, keras, tak kenal takut. “Bukankah kita berada diatas kebenaran? Bukankah mereka beradar diatas kebathilan? Bukankah kalau kita mati, kita masuk surga sedang mereka masuk neraka?” Maka bermulalah aksi-aksi besar kaum muslimin dari Umar, ba’dallah. Da’wah terang-terangan, show of force di Ka’bah, hijrah terang-terangan, dan gemeretaknya gigi orang kafir dan orang munafik. Ia keras. Sangat keras. Tetapi ada saat dimana ialah manusia terlembut; saat memimpin. Maka benarlah kata-kata Ibnu Mas’ud, “Islamnya Umar adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah rahmat bagi orang beriman.”

Ustman Dzun Nurain, si pemalu berakhlak mulia. Malu tak hanya pada manusia, tetapi lebih dari itu, pada Allah. Mandinya Ustman tidak dilakukan kecuali dalam rumah yamg terkunci rapat, tertutup semua lubangnya, di kamar yang terlindung dan terkunci, dalam sebuah bilik rapat di kamar itu, dan dipasang selubung kain yang tinggi. Itupun, Ustman masih tak bisa menegakkan punggung karena rasa malu. Ia selalu malu pada Allah. Ia malu, jika nikmat-nikmat Allah tak ia nafkahkan di jalanNya. Maka ribuan unta menyertai perang Tabuk. Ia malu, jika ia kenyang sementara penduduk Madinah ditimpa peceklik. Maka 1000 unta penuh muatan ia bagikan gratis. Ia malu, jika ia minum air sejuk sementara penduduk Madinah meminum air bacin. Maka dibelinyalah sumur Raumah, lalu ia wakafkan. “Tidak akan membahayakan Ustman”, sabda sang Nabi, “Apapun yang dia lakukan setelah hari ini.” Dan Ustman semakin merasa malu..

Ali yang ceria. Ceria mengajarinya keberanian untuk tidur menggantikan Rasulullah di saat teror pembunuhan mengepung kediaman beliau yang kecil. Ceria mengajarinya berlari-lari menyusur padang pasir sejauh 400 km untuk hijrah seorang diri dalam kejaran musuh. Ceria mengajarinya berolok-olok pada Amir bin Abdu Wuud, jagoan Quraisy yang menantang perang tanding dalam peristiwa Khandak. Dan saat tubuh yang besarnya dua kali lipat dirinya itu jatuh terbelah, kaum muslimin pun bertakbir gembira. Dan ia, tetap ceria. Ceria mengajarinya untuk asyik belajar, maka ia menjadi pintu kota ilmu. Ceria -saat sakit mata- membuatnya menjadi pemegang panji penaklukan Khaibar, maka jadilah ia pemegang panji yang mencintai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya.

Abu Dujanah memang cokak, tapi ia bingkai kecongkakannya dalam jihad menghadapi musuh-musuh Allah sehingga ia mulia dengan kecongkakannya. Ikat kepala merah, langkah yang angkuh, jalan yang penuh gaya, membuat Rasulullah berkomentar, “Allah membenci yang seperti ini kecuali dalam peperangan di jalanNya!”. Akhirnya, Abu Dujanah meraih kemulian yang ia nantikan, sambutan 70 bidadari surga.

Ada Abu Ubaidah kepercayaan umat ini. Seperti apa orangnya? Rapi jali! Pandai mengadministrasi, cerdas dan adil. Sangat dipercaya, sampai orang-orang Romawi yang beragama Nashrani merindukannanya. Sangat dipercaya, sampai Umar kehabisan akal untuk memintanya keluar dari kota berwabah. Sangat dipercaya, maka begitu sulit mencari penggantinya mengurus Baitul Maal. Ada Az Zubair hawari Rasulullah. Sebuah potret kesetiaan. Dan Thalhah yang perwira, perisai hidup Rasulullah yang di tubuhnya ada tujuh puluh sayatan pedang, hunjaman tombak, dan tusukan anak panah. Maka jadilah ia, kata Rasulullah, seorang syahid yang masih berjalan di muka bumi.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Ada Khalid, pedang Allah yang senantiasa terhunus. Maka sering, dengan kudanya ia membelah barisan musuh sendiri. Ia pedang Allah, mak tiga belas pedang patah di tangannya pada perang Mu’tah. Ia pedang Allah, yang memang hanya hafal sedikit ayat. Tetapi seluruh bagian tubuhnya yang penuh luka akan menjadi saksi dihadapan Allah, meski ia mati di ranjang. Ada Hudzaifah, pemegang rahasia-rahasia Rasulullah. Maka ialah intelejen paling gemilang dalam sejarah, yang duduk di hadapan Abu Sofyan, pemimpin musuh. Maka ketika pada Rasulullah manusia bertanya tentang amal-amal yang harus dilakukan, ia bertanya tentang laku-laku yang harus dijauhi. Ia, manusia yang lisannya tak bisa dipaksa berbicara, meski oleh Umar sahabatnya. Ia, pemegang rahasia-rahasia.

Ada lagi yang agung dalam gelar kematiannya. Hamzah penghulu syuhada, Ja’far pemilik dua sayap yang terbang kian kemari di surga, Abdullah bin Rawahah yang ranjangnya terbang menghadap Rabbnya. Sa’ad bin Mu’adz yang kenaikan ruhnya membuat ‘Arsyi Allah berguncang, dan Hanzhalah yang dimandikan malaikat.

Ada yang mulia dengan perbuatannya. Usaid bin Hudhair yang tilawahnya didengarkan malaikat, Ibnu Mas’ud yang qiraatnya seperti saat Al-Qur’an diturunkan, Abdurahman bin Auf yang diberkahi dalam shadaqah dan simpanannya, keluarga Abu Thalhah yang membuat Allah takjub, dan Ukasyah yang ingin bersentuh kulit dunia akhirat dengan Rasulullah.

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecenderungan-kecenderungan memang berbeda. Dan jadilah itu warna-warna. Ada canda yang mereka lakukan, sampai saling lempar semangka suatu ketika. Tapi periwayat hadits ini berkomentar, “Mereka adalah laki-laki dalam urusan-urusannya!” Ya, mereka tahu kapan saatnya lempar semangka, dan kapan saatnya lempar lembing untuk menegakkan agama Allah.

Alangkah indah hari-hari mereka. Mari kita berdoa, sebagai orang-orang yang datang sesudah mereka...

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Al Hasyr 10)

Menjadi muslim adalah menjadi kain putih. Lalu Allah mencelupnya menjadi warna ketegasan, kesejukan, keceriaan, dan cinta, rahmat bagi semesta alam. Aku jadi ridu pada pelangi itu, pelangi yang memancarkan celupan warna Ilahi, wahai Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang..

(Dikutip dari buku, “Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim”, Salim A. Fillah, dengan sedikit perubahan)

sumber:http://www.facebook.com/reqs.php#/inbox/?folder=[fb]messages&page=3&tid=1231454105093

Selasa, 12 Januari 2010

sekedar nasihat untuk kaum hawa

catatan facebook: Azis Setiawan

Untuk membentuk bibir yang menawan, Ucapkan kata-kata kebaikan.
Untuk mendapatkan mata yang indah, Carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, Berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan.
Untuk mendapatkan rambut yang indah, Mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, Berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, Dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian.

Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain, Perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni.

Jadi, jangan pernah kucilkan seseorang dari hati anda Apabila anda sudah melakukan semuanya itu, Ingatlah senantiasa, Jika suatu ketika anda membutuhkan pertolongan, Akan senantiasa ada tangan terulur.

Dan dengan bertambahnya usia anda, Anda akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, Satu untuk menolong diri anda sendiri, Dan satu lagi untuk menolong orang lain.
Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya, Bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya.

Kecantikan wanita terdapat pada matanya, cara dia memandang dunia. Karena di matanyalah terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, Di mana cinta dapat berkembang.

Kecantikan wanita, bukan pada kehalusan wajahnya, Tetapi kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, Yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta yang dia berikan Dan kecantikan itu akan tumbuh


Renungan:

Rasululullah SAW, berkata "Putriku Fathimah adalah bidadari berwujud manusia." (Al-Sawa'iqul Muhriqah;Is'afur Raghibin, hal.173).

Fhatimah adalah keindahan sejati (Nuzhatul Majalis).

Perkataan Ibunda Anas Bin Malik:"Fhatimah bak bulan di malam purnamanya, atau matahari yang tak disaput awan. Ia putih dengan sentuhan warna mawar di wajahnya, rambutnya hitam dan ia bercirikan keelokan Rasulullah SAW."...

Aisyah berkata:"Aku tak pernah melihat seseorang yang penampilannya, perilaku, gerak-gerik dan bicaranya lebih mirip dengan nabi, baik kala duduk, maupun kala berdiri dari pada Fhatimah.(HR.At-Thirmidzi dan Ibnu Abdurrabbih).(Mustadrak al-Hakim).

... MASIH BANYAK IKAN DILAUT ...

Nikmati setiap kegagalan dengan senyuman, atau bolehlah anda menuliskannya.


أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ


“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS.29 : 2-3)

Hari belum lagi gelap, namun kegelapan menyelimuti hati seseorang. Dia menceritakan kesedihan tentang kegagalan mendapatkan pekerjaan menjadi PNS kepada sahabatnya. Yang dicurhati, sahabatnya ini seandainya harus, dia pasti akan bercerita panjang lebar mengenai kegagalannya mencari pasangan. Tak terbayang bila terjadi komunikasi 3 orang, maka kegagalan apalagi yang akan terkuak.

Kegagalan adalah kata yang senantiasa dihindari, seolah kata ini membuat target jadi mundur. Padahal banyak kegagalan membawa kita pada pekerjaan yang lebih disempurnakan. Kegagalan dapat dijadikan sebagai waktu sekedar untuk ‘istirahat’ juga ajang instrospeksi. Kita lihat saja para atlet, mereka mundur dulu untuk berlari kemudian meloncat lebih tinggi.

Membayangkan kegagalan daripada usaha adalah seperti seorang yang sudah kalah sebelum perang. Seorang mahasiswa bisnis secara terang-terangan enggan menjadi pengusaha karena dia tidak sanggup dengan setiap kegagalan di awal usahanya. Maka kalau anda sudah siap dengan kegagalan, anda sudah lebih hebat dari seorang mahasiswa bisnis. Kalau bukan dari kegagalan dari mana lagi kita akan belajar?

Bagaimana bila kegagalan sudah terjadi. Kecewa adalah reaksi paling manusiawi, namun jangan terlalu lama karena kecewa yang berkelamaan akan menutup pandangan positif mencari kesempatan berikutnya.


كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ


Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS.2:216)

Bisa jadi kegagalan adalah cermin bahwa kita belum qualified di target tertentu. Jangan pernah menurunkan targetnya, yang betul adalah naikkan kualifikasi kita untuk bisa duduk di target tertentu.

Saya secara pribadi penyuka kegagalan. Karena bagi saya keberhasilan menutup peluang lain. Misalkan dalam kasus gagal menjadi PNS, ketika berhasil maka hanya segitu saja kejadiannya. Namun ketika gagal peluangnya justru mungkin melebihi menjadi PNS, contohnya: menjadi ustad dengan banyak santri atau pengusaha dengan omzet milyaran, insyaAllah. Hal yang pastinya tak terbayangkan sebelum kita antri mengurus arsip kelengkapan PNS.

Seandainya gagal dengan pasangan idaman kita justru lebih menggemaskan lagi. Bila calon idaman kita seorang yang soleh, maka ketika berhasil mendapatkannya hanya itu saja yang didapat. Ketika gagal justru peluang mendapatkan pasangan soleh dan pintar menjadi terbuka lebar.


وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا


dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS.33:36)

Ada yang membuat perumpamaan keberhasilan itu bagaikan memancing ikan. Bila ingin mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak maka yang disiapkan jaring, jaringlah di tambak. Ingin mahal sedikit jaringlah di laut. Namun bila ingin mendapatkan ikan yang besar, langka, istimewa, jarang ada di pantai maka anda harus memancing di laut. Memancing sendiri bukan perkara mudah, selain alatnya mahal ada semacam kesabaran juga ilmu yang mumpuni untuk melakukannya.

Anda mungkin tidak setuju dengan perumpamaan di atas dan punya definisi sendiri mengenai keberhasilan. Apapun itu jangan pernah jatuh ketika kegagalan datang.

Nikmati setiap kegagalan dengan senyuman, atau bolehlah anda menuliskannya. Bila tips itu tidak menawarkan kelegaan di hati anda, pakailah idiom anak muda jaman sekarang ketika kegagalan datang. Sambil senyum ikhlas ucapkanlah “masih banyak ikan di laut!!!” (p)

percikan iman